A.Definisi Path Analysis
Path analysis (PA) atau analisis
jalur adalah keterkaitan antara variable independent, variable intermediate,
dan variable dependen yang biasanya disajikan dalam bentuk diagram. Didalam
diagram ada panah panah yang menunjukkan arah pengaruh antara variable-variabel
exogenous, intermediary, dan variabel dependent. Path analysis digunakan untuk
menganalisis pola hubungan antara variabel dengan tujuan untuk mengetahui
pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat variabel bebas (eksogen)
terhadap variabel terikat (endogen). Teknik analisis
jalur ini akan digunakan dalam menguji besarnya sumbangan (kontribusi) yang
ditunjukkan oleh koefisien jalur pada setiap digram jalur dari hubungan kausal
antar variabel X1, X2, dan X3 terhadap Y serta
dampaknya kepada Z.
Melalui analisis jalur ini akan dapat
ditemukan jalur mana yang paling tepat dan singkat suatu variabel eksogen
menuju variabel endogen yang terkait.Teknik ini dikembangkan sejak tahun 1939
oleh Sewall Wright. Berbeda dengan korelasi dan regresi, analisis jalur
mempelajari apakah hubungan yang terjadi disebabkan oleh pengaruh langsung dan
tidak langsung dari variabel independen terhadap variabel dependen, mempelajari
ketergantungan sejumlah variabel dalam suatu model (model kausal), dan
menganalisis hubungan antar variabel dari model kausal yang telah dirumuskan
oleh peneliti atas dasar pertimbangan teoritis.
B. Prinsip-Prinsip Path Analysis
1.
Pada model path analysis, hubungan antar variabel bersifat linear, adaptif dan
bersifat normal.
2.
Hanya sistem aliran kausal ke satu arah artinya tidak ada arah kausalitas yang
terbalik.
3.
Variabel terikat (endogen) minimal dalam skala ukuran interval dan ratio.
4.
Menggunakan sampel probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel untuk
memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel.
5.
Observed variables diukur tanpa kesalahan (instrumen pengukuran valid dan
reliable) artinya variabel yang diteliti dapat diobservasi secara langsung.
6.
Model yang dianalisis dispesifikasikan (diidentifikasikan) dengan benar
berdasarkan teori-teori dan konsep-konsep yang relevan artinya model teori yang
dikaji atau yang diuji dibangun berdasarkan kerangka teoritis tertentu yang
mampu menjelaskan hubungan kausalitas antar variabel yang diteliti.
Langkah-langkah Path Analysis
Menurut
Ferdinand (2006), ada tujuh langkah yang harus dilakukan untuk menyiapkan
analisis jalur, yaitu:
1.
Pengembangan Model Teoritis
Langkah
pertama dalam pengembangan model adalah pencarian atau pengembangan sebuah
model yang mempunyai justifikasi teoritis yang kuat. Model yang dirancang
merupakan model-model yang bisa dinyatakan ke dalam bentuk persamaan dan
mengandung hubungan kausal di dalamnya. Mengingat bahwa model hipotetik yang
dibangun bisa lebih dari satu terutama bila landasan konsepnya belum matang.
2.
Pengembangan Path Diagram atau diagram alur
Dalam
langkah kedua ini, model teoritis yang telah dibangun pada tahap pertama akan
digambarkan dalam sebuah path diagram, yang akan mempermudah untuk melihat
hubungan-hubungan kausalitas yang ingin diuji. Dalam diagram alur, hubungan
antar konstruk akan dinyatakan melalui anak panah. Anak panah yang lurus
menunjukkan sebuah hubungan kausal yang langsung antara satu konstrak dengan
konstrak lainya. Sedangkan garis-garis lengkung antar konstruk dengan anak
panah pada setiap ujungnya menunjukkan korelasi antar konstruk.
3.
Konversi diagram alur ke dalam persamaan struktural dan model pengukuran
Persamaan
yang didapat dari diagram alur yang dikonversi terdiri dari Structural Equation
atau persamaan struktural. Dirumuskan untuk menyatakan hubungan kausalitas
antar berbagai konstruk. Rumus yang dikembangkan adalah: Variabel endogen =
variabel eksogen + variabel endogen + error. Pemeriksaan asumsi model analisis
path
Asumsi-asumsi
yang harus dipenuhi pada pengujian model analisis path ini adalah sebagai
berikut
a.
Ukuran sampel
Menurut
Hair et al. (1998), ukuran sampel yang dibutuhkan untuk data multivariat adalah
antara 100-200 variabel.
b.
Normalitas data
Sebaran
data harus dianalisis untuk melihat asumsi normalitas dipenuhi sehingga data
dapat diolah lebih lanjut untuk pemodelan. Normalitas data dapat diuji dengan
melihat histrogam data atau uji-uji normalitas lainnya. Dalam penelitian ini
normalitas data dideteksi dengan membandingkan nilai critical ratio yang
diperoleh critical ratio sebesar + 2,58 yang didapat dari tabel distribusi
normal standar pada tingkat signifikansi 0,01 dengan sebesar + 2,58 yang
didapat dari tabel distribusi normal standar pada tingkat signifikansi 0,01.
c.
Tidak ada data outlier
Outlier
adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat
sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk
nilai ekstrim. Uji terhadap outlier dilakukan dengan menggunakan kriteria jarak
Mahalanobis pada tingkat 0,01. Jarak Mahalanobis tersebut dievaluasi dengan
menggunakan χ2 (q ; 0,01) dengan q adalah
derajat bebas sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian (Hair et
al., 1998). Penanganan outlier dapat dilakukan dengan mengeluarkan observasi
atau data outlier tersebut.
d.
Multikolinearitas variabel eksogen
Multikolenieritas
dapat dideteksi melalui diagram korelasi antar konstruk eksogen untuk mengecek
tinggi rendahnya korelasi. Jika korelasi antar variabel eksogennya tinggi maka
model perlu dipertimbangkan lagi. Dalam penelitian ini, multikolinearitas
dideteksi dengan melihat apakah nilai determinan matriks kovariansi sampel jauh
dari nilai nol atau tidak. Jika nilai determinan matriks kovariansi sampel jauh
dari nol dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas.
4.
Memilih matrik input dan estimasi model.
Pada
penelitian ini matrik inputnya adalah matrik kovarian atau matrik korelasi. Hal
ini dilakukan karena fokus SEM bukan pada data individual, tetapi pola hubungan
antar responden. Dalam hal ini ukuran sampel memegang peranan penting untuk
mengestimasi kesalahan sampling. Untuk itu ukuran sampling jangan terlalu besar
karena akan menjadi sangat sensitif sehiungga akan sulit mendapatkan ukuran
goodness of fit yang baik, setelah model dibuat dan input data dipilih, maka
dilakukan analisis model kausalitas dengan teknik estimasi yaitu teknik
estimasi model yang digunakan adalah Maximum Likehood Estimation Method. Teknik
ini dipilih karena ukuran sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kecil (100-200 responden).
5.
Menganalisa kemungkinan munculnya masalah identifikasi
Problem
identifikasi pada prinsipnya adalah problem mengenai ketidakmampuan model yang
dikembangkan menghasilkan estimasi yang unik. Bila setiap kali estimasi
dilakukan muncul problem identifikasi, maka sebaiknya model dipertimbangkan
ulang dengan mengembangkan lebih banyak konstruk. Disebutkan oleh Ferdinand
(2006), beberapa indikasi problem identifikasi:
a.
Standard error untuk satu atau beberapa koefisien adalah sangat besar.
b.
Program tidak mampu menghasilkan matrik informasi yang seharusnya disajikan.
c.
Munculnya angka-angka yang aneh seperti adanya varians error yang negatif.
d.
Munculnya korelasi yang sangat tinggi antar koefisien estimasi yang didapat
(misalnya lebih dari 0,9)
6.
Evaluasi kriteria goodness of fit
Pada
tahap ini dilakukan pengujian terhadap kesesuaian model terhadap berbagai
kriteria goodness of fit. Disebutkan oleh Ferdinand (2006), beberapa indeks
kesesuaian dan cut of value untuk menguji apakah sebuah model dapat diterima
atau ditolak.
7.
Interpretasi dan Modifikasi Model
Tahap
akhir ini adalah melakukan interpretasi dan modifikasi bagi model-model yang
tidak memenuhi syarat-syarat pengujian. Hair et. al. (dalam Ferdinand, 2006)
memberikan pedoman untuk mempertimbangkan perlu tidaknya modifikasi model
dengan melihat jumlah residual yang dihasilkan oleh model tersebut. Batas
keamanan untuk jumlah residual adalah 5%.
Bila
jumlah residual lebih besar dari 2% dari semua residual kovarians yang
dihasilkan oleh model, maka sebuah modifikasi perlu dipertimbangkan. Bila
ditemukan bahwa nilai residual yang dihasilkan model cukup besar (yaitu ≥2.58)
maka cara lain dalam memodifikasi adalah dengan mempertimbangkan untuk menambah
sebuah alur baru terhadap model yang diestimasi itu. Nilai residual value yang
lebih besar atau sama dengan ± 2.58 diinterpretasikan sebagai signifikan secara
statistik pada tingkat 5%.
3. Koefisien Jalur dan Perhitungan Koefisien Jalur
Langkah-langkah
dalam menghitung koefisien path seperti yang dikemukakan oleh Oktariani (2006)
adalah
1.
Setelah diagram path yang dikembangkan telah jelas kalau persamaan struktural
disusun sesuai dengan hubungan yang telah dihipotesiskan sehingga maka akan tampak
jelas kedudukan masing-masing variabel tergolong dalam variabel eksogen atau
variabel endogen.
2.
Karena input data dalam analisis path berupa data korelasi atau kovariansi,
maka perlu dicari korelasi antara seluruh variabel yaitu dengan menghitung matriks
korelasi antar semua variabel yang ada, dengan menggunakan rumus korelasi
sesuai dengan persamaan (2.1), sehingga diperoleh matriks korelasi R.
3. Mengidentifikasikan substrak dan
persamaan yang akan dihitung koefisien pathnya. Misal terdapat k buah
variabel eksogen dan satu buah variabel endogen.
4. Dihitung matriks korelasi antar
variabel eksogen yaitu R1 yang menyusun substruktur tersebut, kemudian
dicari inversnya. Matriks korelasi antar variabel eksogen digunakan untuk
mengetahui sejauh mana pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogennya.
5. Dihitung semua koefisien path yang
ada dalam persamaan R xu( x1 x2 xk yaitu koefisien yang menyatakan seberapa
besar pengaruh variabel X1, X2, ..., Xk terhadap variabel Xu.
4. Pengujian model
Berikut ini beberapa pengujian yang akan dilakukan terhadap model.
a.
Pengujian secara keseluruhan
Pengujian
ini dilakukan pada model untuk melihat apakah model yang terbentuk sudah cukup
signifikan. Alat uji paling fundamental untuk mengukur kesesuaian model adalah χ
2. Uji ini dapat digunakan karena 20 model statistik dalam penelitian ini
menggunakan 75-200 sampel.
b.
Teori Trimming
Sebelum
dilakukan penarikan kesimpulan mengenai hubungan kausal yang digambarkan dalam
diagram path perlu diuji signifikansi dari setiap koefisien path yang telah
dihitung. Pengujian dilakukan dengan menggunakan teori trimming yaitu suatu
metode yang bekerja dengan menghilangkan koefisien path yang tak signifikan dan
tidak memenuhi kriteria.
Kesimpulan
Path
analysis (PA) atau analisis jalur adalah keterkaitan antara variable
independent, variable intermediate, dan variable dependen yang biasanya
disajikan dalam bentuk diagram. Didalam diagram ada panah panah yang
menunjukkan arah pengaruh antara variable-variabel exogenous, intermediary, dan
variabel dependent. Path analysis digunakan untuk menganalisis pola hubungan
antara variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak
langsung seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen).
Teknik
analisis jalur ini akan digunakan dalam menguji besarnya sumbangan (kontribusi)
yang ditunjukkan oleh koefisien jalur pada setiap digram jalur dari hubungan
kausal antar variabel X1, X2, dan X3 terhadap
Y serta dampaknya kepada Z.
Berbeda
dengan korelasi dan regresi, analisis jalur mempelajari apakah hubungan yang
terjadi disebabkan oleh pengaruh langsung dan tidak langsung dari variabel
independen terhadap variabel dependen, mempelajari ketergantungan sejumlah
variabel dalam suatu model (model kausal), dan menganalisis hubungan antar
variabel dari model kausal yang telah dirumuskan oleh peneliti atas dasar
pertimbangan teoritis.
Daftar Pustaka
Riduan dan Engkos. 2012. Cara Mudah Menggunakan dan Memakai Path Analysis
(Analisis Jalur). Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2009. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
0 komentar:
Posting Komentar